REFARAT
LETROZOL
SALAH SATU ALTERNATIF INDUKSI OVULASI PADA INFERTILITAS
Oleh
SITTI KOROMPOT
Pembimbing
Dr. JAN TINGGOGOY, SpOG
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
SPESIALIS - I
BAGIAN
/ SMF OBSTETRI GINEKOLOGI
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSU
PROF. DR. R.D. KANDOU
MANADO
BAB I
PENDAHULUAN
Letrozol merupakan
inhibitor aromatase non steroidal yang sangat spesifik yang pada mulanya disetujui
untuk penggunaan pada perempuan pasca menopause dengan kanker payudara untuk
menekan produksi estrogen. 1,2
Saat
ini, Letrozol digunakan juga untuk pengobatan infertilitas. Letrozol sebagai
tambahan terbaru untuk terapi kesuburan,
Obat ini dapat digunakan untuk induksi ovulasi dan juga dapat
meningkatkan terjadinya kehamilan. Dapat juga digunakan pada wanita yang sudah
mengalami ovulasi, Hal ini dikenal dengan superovulasi. letrozol adalah alternatif baru selain klomifen sitrat. 1,2,3It iDigunaka
Letrozol digunakan sejak 5 tahun
yang lalu, often used in Toronto,
Montreal and here in the SOFT clinic and is now experdi Toronto, oleh Dr. Robert Casper yang mengadakan
penelitian selama 5 tahun, dimana terdapat kurang lebih 200 bayi lahir dan
banyak terjadi kehamilan dengan menggunakan letrozol. Letrozol dapat
dikombinasikan dengan obat lain.
4It iDigun
Letrozol tidak digunakan jika tuba
falopi tersumbat atau jika terdapat infertilitas pada pria ( serupa dengan
klomifen ). Bagi wanita yang tidak berovulasi, Letrozol bisa digunakan untuk
pengobatan pertama dan dapat digunakan sebagai alternatif selain klomifen
sitrat. Letrozol juga bisa digunakan pada pasangan dengan infertilitas idiopatik,
infertilitas akibat usia, endometriosis, infertilitas karena gangguan tuba
ringan, dan faktor serviks. Penggunaan letrozol selama beberapa siklus suggested depends on the diagnosis, the
previously attempted infertility treatments, disarankan tergantung pada
diagnosis dan pengobatan infertlitas yang dicoba sebelumnya, length of infertility, and the female
partner's lama infertilitas, dan umur. 1,2It iDigunaka
Letrozol efektif untuk yang are not ovulating because it stimulates
ovulation but it is also used in the other fortidak berovulasi karena
menginduksi ovulasi tetapi juga digunakan untuk menghasilkan lebih dari satu
telur per bulan. It is sometimes used
when clomiphene Kadang-kadang digunakan saat klomifen produces side effects.sitrat menghasilkan
efek samping. It may be successful in
inducing ovulation in situations weIni mungkin bisa berhasil dalam mendorong
ovulasi jika clomiphene has failed
either to cause ovulation or to produce a pregnanklomifen telah gagal
baik untuk menghasilkan ovulasi atau untuk menghasilkan kehamilan. 5 It is also often Hal ini juga sering used when clomiphene causes a thdigunakan saat klomifen
menyebabkan tipisnya endometrium, which
may interfere wendometrium, yang dapat mengganggu implantation (attachment of the embryo to timplantasi
(perlekatan embrio ke uterine wall)dinding
rahim). More recently, we have found it
2,3It iDigunaka
BAB II
LETROZOL
II.1. AROMATASE INHIBITOR
4-[(4-cyanophenyl)-(1,2,4-triazol-1-yl)methyl]benzonitrile
6
Letrozole
Merupakan aromatase inhibitor. Digunakan untuk menghambat
perubahan androgen menjadi estrogen, sehingga kadar estrogen menjadi sangat
rendah. 6It iDigunaka
Aromatase
Inhibitor dikategorikan menjadi dua jenis: 7,8
- Inhibitor ireversibel steroid
seperti exemestane membentuk
ikatan permanen dengan kompleks enzim aromatase.
- Inhibitor non-steroid (seperti anastrozole , letrozole )
menghambat enzim oleh kompetitif reversibel.
II.2. SEDIAAN
DAN DOSIS
Sediaan
tablet oral. Dosisnya 2,5 mg. 9
II.3. FARMAKOLOGI
II.3.1. Farmakodinamik
Letrozol adalah aromatase inhibitor nonsteroid. Letrozol yang
menghambat enzyme aromatase dengan mengikat haem dari subunit sitokrom P450
enzim, menghasilkan pengurangan biosintesis estrogen di semua jaringan.
9
II.3.2.
Farmakokinetik
Letrozol dengan cepat diserap dari saluran pencernaan dan penyerapan
tidak dipengaruhi oleh makanan. Dimetabolisme perlahan ke metabolit konjugat
glukuronat yang diekskresikan keginjal. Sekitar 90% dari keluar di urine.
Letrozol hilang dlm metabolisme selama 2 hari dan konsentrasi plasma setelah sehari dosis 2,5 mg
tercapai dalam 2-6 minggu. Plasma konsentrasi 1,5-2 kali lebih tinggi dari yang
diperkirakan dari konsentrasi diukur setelah dosis tunggal, menunjukkan
non-linearitas dalam sedikit farmakokinetika letrozol atas dosis harian sebesar
2,5 mg. Letrozol adalah lemah protein dan memiliki volume distribusi yang besar
(sekitar 1,9 L / kg). 9
II.5. INDIKASI
Induksi ovulasi
Untuk induksi
ovulasi pada wanita
dengan infertilitas anovulatory. 8
Kanker payudara
Untuk perawatan lanjut / kanker
payudara metastatik (hormone receptor positive or receptor status unknown) 6
pasca-menopause
Sebagai pengobatan lini pertama.
II.6. KONTRAINDIKASI
Diketahui atau diduga hipersensitivitas terhadap letrozol
atau aromatase inhibitor lain, kehamilan, menyusui, disfungsi hati yang berat,kista
ovarium, kecuali ovarium polikistik, karena terbukti dapat menyebabkan
pembesaran kista ovarium. 6,9
II.7. EFEK SAMPING LETROZOL9
Kelelahan, Berat badan meningkat, Sakit
kepala, Nyeri otot, nyeri tulang, dan hot fluses
BAB
III
INFERTILITAS
III.1. GAMBARAN UMUM
INFERTILITAS
Infertilitas adalah wanita yang telah lebih dari satu
tahun kawin tanpa menggunakan kontrasepsi, sebanyak 7% pasangan belum
mendapatkan keturunan. 10,11,12,13
Alogaritme penanganan infertilitas 13 (dikutip dari : Torrente S, Montgomery Rice V. An Overview of Female Infertility in Reproductive Endocrinology and
Infertility. Department of Obstetrics
and Gynecology Division of Reproductive
Endocrinology University
of Rochester School
of Medicine and Dentistry Rochester,
New York )
Berbagai cara telah
ditempuh, mulai dari yang sederhana sampai ke fertilisasi in vitro (IVF) dan
suntik spermatozoa intra sitoplasma (SSIS/ICCI), tetap saja belum mendapatkan
kehamilan. Ternyata banyak
proses melekular biologi yang hingga kini belum diketahui dan memerlukan waktu
untuk mempelajarinya. Untuk mencari penyebab infertilitas dapat menggunakan cara
konvensional untuk menolong sebagian wanita 10
- Anamnesis
Banyak
faktor-faktor penting yang dapat ditanyakan pada pasien berkaitan dengan
infertilitas, Usia sangat penting diketahui karena dengan meningkatnya usia,
maka semakin sulit mendapatkan anak. Usia 20-24 fertilitas wanita dan pria
adalah 100%. Usia 30-34 tahun 85% pada wanita sedangkan laki-laki 100%, usia
35-39 tahun pada wanita 60%, laki-laki 95%, pada usia 40-44 tahun wanita 25%
sedangkan laki-laki 85%, pada usia 50-59 tahun wanita 0% pada laki-laki 75-50%
Faktor tersebut bukan karena tua tapi karena kualitas sel telur wanita
tersebut. 9,11
Riwayat
penyakit dahulu dapat mempengaruhi, pernah tidaknya menjalani operasi, mengidap
penyakit tertentu seperti hipo-hipertiroid, DM, peritonitis, salpingitis,
apendistitis dll. 9,12,13
Peningkatan berat
badan dan penurunan berat badan juga mempengaruhi, karena akan mempengaruhi
pengobatan infertilitas. Gaya hidup (Alkohol dan nikotin) juga mempengaruhi
fertilitas sesorang. 9,11
Gangguan hubungan
seksual juga dapat menyebabkan infertilitas, seperti vaginismus, penetrasi yang
tdak sempurna, penggunaan antiseptik dll. 10,11,12,13
- analisis
hormonal 10
Analisis hormonal
dilakukan jiaka ditemukan adanya riwayat gangguan haid dan dalam pengukuran
suhu basal badan ditemukan anovulasi.
Summary of the normal menstrual cycle 12 ( dikutip dari : Warhus S, The Causes of Infertility, in Fertility
demystified. Copyright © 2007 by The McGraw-Hill Companies, Inc.
All rights reserved. Manufactured in the United States of America)
Pada siklus haid
normal, tidak ada alasan menggunakan analisis hormonal. Analisis hormonal,
dengan mengukur kadar hormon prolaktin,
karena hiperprolaktinemia dapat menyababkan gangguan sekresi GnRH sehingga
tidak terjadi ovulasi.
Sistem reprodusi dengan ketat terintegrasi, GnRH generator pulse
pada hipotalamus dan pituitari dan umpan balik dari ovarium, ovulasi reguler
berfungsi. uterus bertindak sebagai suatu organ/ bagian badan akhir untuk efek
ovarian steroid. Timbulnya kekacauan haid yang menyertakan tingkatan
masing-masing sistem ini berbeda tergantung pada apakah amenorrhea adalah
primer atau sekunder . Gangguan Hipotalamus Dan pituitari akan menyebabkan
kegagalan ovulasi yang dihubungkan dengan untuk produksi FSH dan LH.
- Penilaian
ovulasi
Proses terjadinya
ovulasi secara fisiologik perlu diketahui dengan baik, terutama dalam
penanganan pasangan infertil yang memerlukan obat-obat pemicu ovulasi.
Infertilitas karena gangguan ovulasi karena penyebab endokrinologi hanya
meliputi 20-36% dari keseluruhan kejadian infertilitas. Proses terjadinya
ovulasi hingga kini seluruhnya belum terungkap dengan jelas. 10,14
Untuk terjadinya
ovulasi folikel akan berkembang dari folikel primer, sekunder dan terakhir
menjadi folikel tersier (folikel de graf). Untuk pertumbuhan , pematangan
folikel serta untuk terjadinya ovulasi diperlukan hormon FSH dan LH. Dari
hipotalamus,dikeluarkan hormon pelepas GnRH. GnRH merangsang sintesis maupun
sekresi FSH dan LH di hipofisis. GnRH dikeluarkan tidak secara terus menerus
melainkan secara pulsatif, yaitu setiap 90 menit sekali. Melalui aliran darah,
FSH dan LH sampai di ovarium dan merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel,
serta ovulasi, pembentukan korpus luteum dan sintesis estrogen dan progesteron.
10
Dalam proses
ovulasi kadar FSH tidak boleh terlalu rendah dan LH tidak boleh terlalu tinggi.
Tumbuh atau matinya folikel sangat tergantung dari rasio FSH/LH dalam folikel
itu sendiri, Jika FSH > LH, folikel akan terus tumbuh, karena FSH dapat
merubah androgen menjadi estrogen melalui enzim aromatase. Tiga hari setelah
ovulasi, terbentuk organ endokrin baru yaitu korpus luteum, yang merupakan
organ tempat sintesis progesteron. Pembetukan progesteron mencapai puncaknya
pada hari ke 22-23 siklus haid. 10,15
Gangguan ovulasi
atau anovulasi dapat terjadi akibat gangguan hipotalamus hipofisis ovarium
ataupun kelainan primer dan tunggal pada hipotalamus, hipofisis, ovarium itu
sendiri.
Cara mengetahuii
terjadinya ovulasi adalah dengan pengukuran suhu basal badan (SBB). 10,14
- Uji
pascasenggama (UPS)
Uji pascasenggama dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan
ovulasi, di mana getah serviks mencapai 5 cm atau lebih.
- Pemeriksaan
bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi dari vagina dan porsio. Infeksi
dapat menyebabkan gerakan tuba falopii terganggu. Kuman klamidia dan gonokokus sering menyebabkan penyumbatan
tuba.
- Analisis
fase luteal
Meskipun terjadi pematangan folikel dan terjadi ovulasi,
tidak jarang kehamilan tidak terjadi. Salah stunya akibat tidak adekuatnya
transformasi endometrium oleh progesteron untuk dapat terjadi nidasi.
Penyebabnya adalah insufisiensi korpus luteum sehingga perlu pemeriksaan kadar
progesteron pada pertengahan fase luteal, normalnya 10 ng/ml.
- diagnosis
tuba falopii 10
uji
insuflasi
Tindakan ini dilakukan pada paro-pertama siklus haid. CO2
ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat rekaman kimograf terhadap tekanan
uterus. Perubahan tekanan yang disebabkan gas yang melintas kedalam rongga
abdomen menandakan bahwa tuba fallopi itu patent.
Histerosalpingogram
Uji ini juga dilakukan pada paropertama siklus haid untuk
menghindari penyinaran pada kemungkinan kehamilan. Sebelum tindakan pasien
dianjurkan untuk tidak senggama paling sedikit 2 hari sebelum HSG dilakukan.
HSG dilakukan oleh ahli radiologi dengan menyuntikan larutan radioopak
melalului kanalis serviks ke uterus dan tuba fallopii.
USG
Melihat tuba fallopii dengan USG hampir sama dengan HSG.
Hidrotubasi
Prinsip pemeriksaan sama dengan pertubasi, hanya dalam
hal ini dengan menggunakan cairan. Biasanya
campuran yang dipakai mengandung antibiotika kanamycin 1 gram,
deksametason 5 mg, dan spasmodik cair, biasanya yang mengandung hiosin dan
metamizol.
Laparaskopi
Akhir-akhir ini, lapararoskopi dianggap cara yang terbaik
untuk menilai fungsi tuba fallopii. Kedua tuba dapat dilihat secara langsung
dan potensinya dapat diuji dengan menyuntikan larutan metilen blue atau
indigokarmin dan melihat pelimpahannya kedalam rongga peritoneal. Dengan
Laparaskopi dapat sekaligus melihat kelainan lain dalam rongga peritoneal,
seperti endometriosis, perlekatan pelvis dan patologi ovarium. Laparaskopi
umumnya dikerjakan bersamaan dengan histeroskopi. Dengan histeroskopi dapat dilihat kedua
osteum tuba dan melihat permukaan endometrium.
Treatment of endometriomas more than 3 cm in
size. GnRH, gonadotropin-releasing hormone 15 ( Dikutip dari : Jadoul P, Donnez CW,
Laparascopic endometriosis management of ovarian in Atlas of OPERATIVE LAPAROSCOPY AND HYSTEROSCOPY Third Edition, Donnez
J, (Ed), Department
of Gynecology Catholic
University of Louvain Brussels,
Belgium© 2007
Informa UK Ltd).
- Analisis
Sperma 10
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal karena
masalh infertilitas bukan hanya pada wanita saja. Dari analisis sperma dapat
terlihat kuantitas dan kualitas spermatozoa. Segi kuantitas terlihat pada
jumlah spermatozoa per ml atau jumlah spermatozoa per ejakulat, sedangkan
kuantitas sperma dapat dilihat dari motilitas spermatozoa dan morfologi
spermatozoa.
Parameter analisis
semen normal
Volume
|
2-5 ml
|
Jumlah sperma/ml
|
Lebih dari 20 juta
|
Motilitas pada 6-8 Jam
|
> 40%
|
Bentuk sperma yang abnormal
|
< 20%
|
Kandungan fruktosa
|
1200-4500 ug/ml
|
( Dikuutip dari : Baziad Ali, Penanganan Infertilitas pada
wanita, dalam Endokrinologi Ginekologi edisi ke tiga Media AesculapiusnFakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2008 ).
BAB
IV
LETROZOL
DAN INDUKSI OVULASI
IV.1. INDUKSI OVULASI
Estrogen memberikan sebuah umpan balik
negatif pada aksis hipotalamus-hipofisis dan menurunkan pelepasan FSH dari
kelenjar pituitari. Letrozol bertindak dengan memblokir sintesis estrogen.
Administrasi letrozol di bagian awal siklus menstruasi menghasilkan pelepasan
FSH dari kelenjar pituitari. Letrozol bertindak dengan menghalangi umpan balik,
sehingga meningkatkan sekresi gonadotropin dan mengakibatkan stimulasi folikel
ovarium. 16
Letrozol mengarah pada induksi ovulasi
pada wanita dengan infertilitas anovoluatory. Letrozol tidak menguras estrogen
tidak menghasilkan efek negatif pada endometrium. Penambahan letrozol untuk
persyaratan gonadotropin, gonadotropin menurun, meningkatkan jumlah folikel
preovulatori, dan menurunkan ketebalan endometrium tanpa berpengaruh pada
tingkat kehamilan. 16
IV.2. CARA KERJA How It WorksCARC
Letrozol mengikat
androgen pada enzim secara kompetitif dan reversibel dan dapat menekan produksi
estrogen tubuh sampai 90%. Resorspsinya cepat dan ekskresinya sangat cepat,
dengan paruh waktu 45 jam. Karena aromatase inhibitor tidak menduduki resepror
hipotalamus hipofisis, maka mekanisme umpan balik sentral terganggu, dengan
sendirinya pula produksi FSH berlangsung normal. FSH ini memicu pertumbuhan
folikel dan terjadi sekresi estrogen, seperti halnya proses pertumbuhan folikel
normal tanpa diberikan obat pemicu ovulasi. Jadi pemberian aromatase inhibitor
ini tidak ditemukan kadar estrogen yang superfisiologik, dan target organ
seperti serviks dan endometrium tidak terganggu. Karena tidak memiliki efek
antiesrogenik. 16,17
Menstruation and ovulation are complexMenstruasi dan ovulasi adalah proses kompleks processes depending on the action of hormone tergantung
pada hormon
released
from the ovary, pituitary and dilepaskan
dari ovarium, hipofisis dan hypothalamushipotalamus.
An imbalance in the levels of
Ketidakseimbangan di tingkat these
hormones can disturb normal ovulation anhormon ini dapat mengganggu
ovulasi normal dan can contribute to
infertility. Follicle stimulatindapat memberikan kontribusi pada
infertilitas. folikel merangsang
hormone (FSH) is released by the pituitary anhormon (FSH) dilepaskan oleh hipofisis
dan stimulates both egg maturation and
production omerangsang baik pematangan telur dan produksi estrogen (estradiolestrogen
(estradiol). The estradiol “feeds-back”
estradiol The "feed-back" to
the pituitary to cause a decrease in the secretion of FSH (see diagram).
ke hipofisis menyebabkan penurunan sekresi FSH.
“feed-back” of estradiol in the early part of the menstrual cycle allows
the production of "Feed-back"
estradiol di bagian awal siklus menstruasi memungkinkan produksi more FSH and stimulation of the ovary.lebih
FSH dan stimulasi ovarium. Letrozole
blocks the last step (the aromatase Letrozol mem blok langkah terakhir
(aromatase enzyme) in the synthesis of
estradienzim) dalam sintesis estradiol. There is therefore reduced estradiol to feed back Oleh
karena itu estradiol akan merangsang umpan balik and turn the pituitary off and more FSH is madhipofisis
dan menghasilkan FSH. This Ini results in more stimulation of the ovaries
and thereformenghasilkan lebih banyak stimulasi indung telur dan oleh
karena itu promotes ovulation (release
of an egg) and perhaps the menghasilkan ovulasi (pelepasan telur) dan
mungkin production of more than one eggproduksi
lebih dari satu telur. 16,17
IV.3. PROTOKOL LETROZOL
Letrozole very new so the best way to take it
has not been fully established.Letrozol
sangat baru sehingga cara terbaik untuk penggunaannya belum sepenuhnya
dibicarakan. Initially it was taken as
a pill(s) for five days beginning three days after the first day oAwalnya
pil diminum selama lima
hari dimulai tiga hari setelah hari pertama menstrual bleeding ( day 3 to 7 of cycle pendarahan
menstruasi (hari ke-3 sampai 7 dari siklus). The first day of the cycle is considered the
first Hari pertama dari siklus dianggap yang pertama day of bleeding sufficient to require
sanitary protection as long as it occurs beforhari haid.Sometimes Letrozole will be prescribed for
only one or two days early in the Kadang-kadang Letrozol digunakan satu
atau dua hari di awal cyclesiklus.
For example, in women who do not
ovulate, even with higher doses of clomiphene Misalnya, yang tidak
berovulasi, empat atau lima
tablet letrozol dapat diberikan pada 2 hari dan 3 siklus. 17
o..
The lowest dose of letrozole we give is 7.5 mg
(or three tablets) on day threeDosis terendah
letrozole adalah 7,5 mg (atau tiga tablet) selama tiga hari. This Dosis ini is enough to cause ovulation to occur in many anovulatory
women and also seems tcukup untuk induksi ovulasi pada wanita
anovulatory. Dosis awal biasanya satu tablet setiap hari dari hari-hari
berikutnya. Namun demikian, dosis dapat ditambah atau dikurangi berdasarkan
situasi individual. Jumlah tablet dapat ditingkatkan selama empat hari, apabila
dosis lebih rendah tidak menyebabkan ovulasi, tetapi jarang lebih dari dua
tablet. Jika curiga terjadi kehamilan hentikan penggunaan letrozol karena ada
kemungkinan terjadi peningkatan risiko cacat bawaan. 20,21,22
Siklus pengobatan pertama . 20
1.
Mulai hari awal siklus hari 3, letrozole 2,5 mg), satu
tablet oral setiap hari melalui siklus 7 hari.
2.
Siklus hari 9 atau 10, jadwal pemeriksaan lab (LH dan FSH). Pada siklus hari 12, Tes Harian urin (Prediktor Ovulasi kits /LH predictor). untuk mendeteksi lonjakan LH, sinyal
bahwa ovulasi à terjadi dalam 24-36 jam.
3.
Siklus hari ke
16 à tidak terjadià USG (memeriksa perkembangan folikel dan mengukur ketebalan lapisan rahim)
4.
Jika terjadi
lonjakan LH Ã bersetubuh malam itu dan dua malam berikut
5.
hari ke 35 Ã tes
kehamilan.
6.
Jika tes kehamilan positifà HCG kuantitatif diulang 2 kali
7.
Jika kehamilan
ini mengalami kemajuan USG pertama à 2 minggu kemudian
Siklus Kedua dan selanjutnya . 17
1.
Pada awal
aliran menstruasi, sebelum hari ke tigaà pemeriksaan panggul atau USG memastikan letrozole belum mendorong
perkembangan kista ovarium.
2.
Kemudian,
ulangi "Siklus Pengobatan Pertama")
Lebih dari separuh pengguna letrozol, kehamilan terjadi selama tiga siklus
pertama pada dosis 2.5 mg. Jarang kehamilan terjadi ketika lebih dari dua tablet
. Jika belum hamil setelah tiga siklus, inseminasi intrauterin akan
direkomendasikan untuk meningkatkan peluang untuk hamil dan Jika belum hamil
setelah 4-6 siklus, baik klomifen gabungan (atau letrozole) / HMG / akan
direkomendasikan dengan cara inseminasi atau suntikan Gonal-F/Follistim dan
inseminasi intrauterin.1,17
IV.4. LETROZOL
DAN KLOMIFEN SITRAT
Klomifen dan letrozol adalah obat
yang digunakan untuk induksi ovulasi. Obat-obat ini bekerja dengan membantu
kelenjar hipofisis (terletak di dasar otak) meningkatkan stimulasi perkembangan
folikel ovarium. Baik clomifen sitrat maupun letrozol juga dapat membantu
seorang wanita menjadi lebih subur jika dia sudah mengalami ovulasi normal. Oleh
karena itu, obat ini paling sering diresepkan untuk pasien memiliki kelainan siklus
haid . 17
Klomifen
sering disebut sebagai pil penyubur. Cara kerja Letrozol sangat mirip dengan klomifen
sitrat. Namun, letrozol dengan cepat dibersihkan dari tubuh dan kurang mempengaruhi
lapisan lendir rahim dan serviks. Dengan klomifen, seseorang mungkin berespon
setelah 6-8 minggu menghentikan pengobatan. Kedua obat dapat diresepkan selama lima hari setiap siklus,
biasanya dimulai pada hari ketiga dan terus sampai tujuh hari. Dosis awal yang
biasa untuk klomifen adalah 50 mg, satu tablet sehari. Jumlah tablet dapat
ditingkatkan sampai sebanyak empat hari, jika dosis rendah tidak terjadi
ovulasi. Sedangkan dosis biasa letrozole adalah 2,5 mg., Satu tablet setiap
hari. 2,3
Dari semua
wanita diberikan terapi clomiphen, atau letrozol, 60% sampai 80% akan terjadi
ovulasi normal Namun, hanya separuh dari pasien yang ovulasi akan terjadi
kehamilan. Tidak diketahui mengapa hal tersebut terjadi. Diduga bahwa
faktor-faktor lain dapat mempengaruhi hal tersebut. Oleh karena itu, jika tidak
hamil setelah tiga atau empat siklus, pengujian tambahan seperti
histerosalpingogram atau laparoskopi mungkin diperlukan. Jika Anda memiliki
sindrom ovarium polikistik, penanganan dengan metformin (Glucophage) terapi
mungkin disarankan. 17
Sekitar 10%
sampai 20% dari perempuan yang diberikan terapi klomifen atau letrozole akan
mengalami efek samping. 9,17,18,19 Sejauh ini,
sebagian besar ringan dan bersifat sementara. Seperti hot flashes, penglihatan
kabur, mual, kembung sensasi, dan sakit kepala. Efek samping yang serius sangat
jarang dengan pengobatan baik. Efek samping yang terkait dengan klomifen atau
terapi letrozol, yaitu Frekuensi kembar yang terjadi pada wanita yang hamil
saat menggunakan klomifen atau letrozol telah dilaporkan sebanyak 10%. Kembar
tiga dapat terjadi sesering 1 dalam 400 kelahiran, dan kembar empat pada 1 dari
800 kelahiran.
Penggunaan Klomifen
atau letrozol untuk lebih dari 12 siklus dapat meningkakan risiko kanker
ovarium. Klomifen dan letrozol juga dapat meningkatkan resiko kista ovarium. Namun,
komplikasi tersebut sangat jarang. . 17,19
Dengan
menggunakan letrozol 20-25% konsepsi dapatt terjadi setiap siklus selama 3-4
siklus pertama pengobatan, jika obat tersebut bekerja dengan benar.
17
IV.5. KEUNGGULAN LETROZOL
Penggunaan letrozol Meningkatkan angka kehamilan (1 dalam 74 kehamilan). If ovulation doesn't occur, the dose of
letrozol is increased in a stepwise fashionJika ovulasi tidak terjadi,
dosis letrozol dapat ditingkan secara bertahap similar to clomiphenemirip dengan klomifen sitratThe limiting factor to how high the dose can
go seems to be ve.2 Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jika kehamilan setelah terapi
letrozol, tidak ada peningkatan risiko yang signifikan terjadinya cacat lahir
dan keguguran bila dibandingkan dengan
pasangan infertil yang tidak menggunakan letrozol. Namun, perempuan dengan
sindrom ovarium polikistik dapat berisiko lebih tinggi mengalami keguguran. 19
Jadi, Belum ada laporan yang memadai mengenai penggunaan
letrozol dapat meningkatkan cacat lahir, karena letrozol di metabolisme dengan
cepat dalam tubuh, sehingga mengurangi efek cacat pada bayi. 3 Menurut
penelitian American society Of
Reproductive Medicine 2005, dibandingkan dengan klomifen sitrat angka kejadian kelainan
kongenital lebih rendah letrozol (1,2%), disbanding klomifen sitrat (3%).6
Menurut beberapa penelitian, Letrozol juga mengurangi angka kejadian abortus
karena memiliki ketebalan rahim yang cukup. Dan beberapa data menunjukan wanita
yang tidak berovulasi dengan klomifen sitrat, bisa berovulasi dengan letrozol.
3
BAB
V
KESIMPULAN
v Letrozol
sebagai tambahan terbaru penanganan infertilitas dan dapat digunakan untuk
induksi ovulasi dan juga dapat meningkatkan terjadinya kehamilan pada wanita
yang anovulasi.
v Sebelum
menggunakan letrozol sebaiknya harus mengetahui penyebab infertilitas. Jika
penyebabnya adalah gangguan ovulasi, maka letrozol dapat digunakan sebagai
salah satu alternative induksi ovulasi.
v Jangan
menggunakan letrozol pada saat terjadi kehamilan, karena ada kemungkinan terjadi
peningkatan risiko cacat bawaan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Yarali H, Esinler I, Polat M, Bozdag G, Tiras, B,
Antagonis/letrozole protocol in poor ovarian responders for ICSI : a
comparative study with the microdose flare up protocol, Fertility and Sterility
vol 2, No 1, July 2009
4.
Martin James Southern Ontario Fertility Technologies in The use of
femara (letrozole) for infertility available on www.soft-infertility.com
5.
Elnashar A, Fouad H, Eldosoki M, Abelgafar N, Letrozole induction of
ovulation in clomiphene sitrat resistant polycystic ovary sundrome : responders
and non responders in Middle east fertility Society journal vol. 9, no 2.2004
8.
Hahn K, Michaud B.L, Endocrine therapy
in Pharmacotherapy Principles And Practice, MC burn, Wells B, Schwinghammer,
etc (Ed), Mc Graw Hill Medical Copyright 2008. p. 1317-18.
10.
Baziad Ali, Penanganan Infertilitas pada
wanita, dalam Endokrinologi Ginekologi edisi ke tiga Media AesculapiusnFakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2008. hal 225-38.
12.
Warhus S, The Causes of Infertility, in
Fertility demystified. Copyright © 2007 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved.
Manufactured in the United
States of America. p 1-26.
13.
Torrente S, Montgomery Rice V. An Overview of Female Infertility in Reproductive Endocrinology and
Infertility. Department of Obstetrics
and Gynecology Division of Reproductive
Endocrinology University
of Rochester School
of Medicine and Dentistry Rochester,
New York, U.S.A.
Copyright ©2007. p 140-50
14.
Petit MA, Prior JC, Exercise And The
hypothalamus ovulatory Adaptions in SPORTS
ENDOCRINOLOGY,
Warren, MP, Constantini NW (Ed), HUMANA PRESS TOTOWA, NEW JERSEY© Humana
Press Inc.2000. p. 133-9.
15.
Jadoul P, Donnez CW, Laparascopic
endometriosis management of ovarian in Atlas of OPERATIVE LAPAROSCOPY AND HYSTEROSCOPY Third Edition, Donnez
J, (Ed), Department of Gynecology Catholic University of Louvain Brussels, Belgium© 2007 Informa UK Ltd. P.48.
16.
Baziad Ali, Pemakaian obat Pemicu
Ovulasi, dalam Endokrinologi Ginekologi edisi ke tiga Media
AesculapiusnFakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2008. hal 145-52.
17.
Georgia Reproductive
specialist, Clomiphene and Letrozole
restore ovulation and correct fertility problems Copyright 2007 IVF.com, Atlanta, GA,
USA.Available from www.ivf.index.com.
18.
Chetiyawardana, Fernando, Argyle, Anastrozole/Letrozole Shared Care Protocol available from : www.tradekey.com